Harumnya nama Pulau Dewata tak lepas dari adanya tradisi dan budaya yang luhur. Ada begitu banyak tradisi dan budaya unik yang hanya ada di Bali. Bahkan setiap desanya memiliki beragam tradisi yang menjadi ciri khasnya sendiri. Kentalnya nilai seni di Bali membuat setiap pertunjukkan seni baik sakral maupun profan terlihat sangat sarat akan nilai sejarah. Salah satu tradisi unik yang sudah terkenal yakni Mekotek di Desa Munggu. Tradisi yang sudah ada sejak zaman Kerajaan Mengwi ini nyatanya tetap lestari ditengah masa modernisasi. Kabarnya tradisi ini juga akan ditayangkan kala lawatan pemimpin dunia ke Bali saat G20 di bulan September mendatang.
Keunikan Tradisi Mekotek
Bagi semeton yang hendak liburan ke Bali saat perayaan hari raya Kuningan, harus mampir ke desa Munggu, Mengwi, Badung. Tidak lain dan tidak bukan, semeton wajib melihat secara langsung tradisi unik dan satu-satunya di Bali yaitu Mekotek. Prosesi mekotek ini dimulai dengan persembahyangan bersama di Pura Dalem setempat. Kemudian pawai menuju sumber air yang ada di bagian utara kampung.
Tradisi mekotek ini diikuti oleh hampir seluruh warga setempat, utamanya kaum pria dengan rentang usia 12-60 tahun. Peserta ini terbagi dalam beberapa kelompok, yang mana setiap kelompoknya terdiri dari 50 orang. Setiap peserta membawa tongkat kayu kemudian dibentuk menjadi sebuah piramid kayu. Seluruh peserta ini mengenakan pakaian adat madya dengan kancut dan udeng (ikat kepala khas Bali).
Nah bagi peserta yang punya keberanian tinggi bisa mencoba untuk naik ke puncak piramid kayu. Peserta yang punya nyali untuk naik ke puncak piramid akan melakukan atraksi entah mengangkat tongkatnya atau berdiri dengan mengepalkan tangan. Disaat yang bersamaan berteriak seperti panglima perang yang sedang memberikan komando pada prajuritnya untuk terus menerjang musuh. Sesampainya di sumber air, tameng suci, segala perangkat upacara yang di bawa dari tempat kumpul awal diberi tirta (air suci) . Setelah semua prosesi itu usai seluruh peserta melakukan pawai kembali ke Pura Dalem untuk menyimpan semua perangkat yang dibawa berkeliling.
Mulanya tongkat yang digunakan bukanlah kayu melainkan tongkat besi. Untuk menghindari resiko yang mungkin terjadi seperti luka-luka, maka sekitar tahun 1948 diganti menggunakan tongkat kayu. Kayu yang digunakan bernama kayu pulet yang kulitnya telah dikupas menjadi halus dengan panjang sekitar 3,5 – 4 meter. Sedangkan untuk tombak asli yang digunakan pada zaman dulu telah disimpan di Pura Desa setempat.
Awal Mula Tradisi Mekotek
Awalnya tradisi mekotek atau ngerebeg dilaksanakan untuk menyambut kedatangan prajurit dari pasukan Kerajaan Mengwi. Sambutan itu dilaksanakan untuk merayakan kemenangan pasukan Kerajaan Mengwi atas peperangan melawan Kerajaan Bambangan. Namun pada zaman kolonial Belanda sekitar tahun 1915, pihak Belanda menghentikan tradisi ini. Mereka khawatir warga setempat akan melakukan pemberontakan karena melihat semangat juang rakyat yang tinggi. Setelah tradisi ini tidak digelar banyak warga yang jatuh sakit secara berkala. Oleh karena itu tradisi ini dilaksanakan kembali hingga sekarang. Tradisi ini dilaksanakan saat Kuningan karena sebelum tentara Kerajaan Mengwi mengadakan perlawanan, Raja Mengwi bersemedi tepat pada Hari Raya Kuningan. Saat ini kerajaan Mengwi meninggalkan tempat bersejarah yang sekaligus menjadi tempat wisata di Bali yakni Taman Ayun.
Tujuan dan Makna
Tujuan dari diselenggarakan tradisi ini untuk menolak bala serta memohon keselamatan. Dibalik tujuan suci tersebut tradisi ini juga memiliki makna tersendiri yakni sebagai penghormatan kepada pahlawan. Maksud dari penghormatan kepada pahlawan ini yakni peringatan kemenangan perang Kerajaan Mengwi dan perluasan wilayah. Kemudian yang kedua adalah penolak bala, tradisi ini diyakini dapat menolak bala, memberi keselamatan, kesuburan, kemakmuran terhadap pertanian desa setempat. Yang terakhir adalah sebagai pemersatu warga, warga setempat meyakini dengan melaksanakan kegiatan ini para pemuda akan berkegiatan positif.
Tradisi Mekotek: Warisan Budaya Tak Benda Indonesia
Ada hal yang membanggakan dari tradisi yang satu ini. Kini tradisi mekotek telah mendapatkan sertifikat dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia pada 27 Oktober 2016. Sertifikat ini menyatakan bahwa tradisi mekotek dianggap sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia.
Menyambut apresiasi dari Kementerian, saat ini pemerintah Kabupaten Badung tengah memberdayakan Tradisi Mekotek untuk digelar dalam pertunjukan seni. Langkah ini merupakan upaya untuk mengenalkan tradisi lokal Bali kepada wisatawan lokal maupun mancanegara. Tak hanya itu namun juga sebagai upaya melestarikan tradisi mekotek agar tidak hilang tergerus zaman.
Pelibatan pemuda-pemudi dalam setiap prosesi yang bernilai sakral dan sarat akan sejarah desa Munggu ini tentunya dapat menjadi cara jitu untuk menanamkan rasa cinta terhadap warisan leluhur. Bukan hanya penanaman cinta, tetapi juga sebagai jembatan untuk melanjutkan tradisi lokal hingga masa ke masa. Sehingga bagaimanapun perubahan zaman yang terjadi kedepannya tak akan mampu merubah warisan budaya yang sudah melekat dan menjadi identitas desa adat di Bali.
Gimana ton, tertarik menonton tradisi yang satu ini? Menikmati indahnya pulau Dewata tentu tak lengkap tanpa menonton tradisi dan budayanya. Pastikan liburan di Bali kalian saat perayaan hari Raya Kuningan tanpa melewatkan tradisi mekotek ini.
Lokasi Desa Munggu
Sekian ulasan tradisi mekotek sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia. Jangan lupa baca terus artikel menarik lainnya seputar hiburan dan liburan di Bali hanya di www.jalanmelali.com