Desa Tenganan Pegringsingan mungkin sudah tak asing bagi sebagian besar orang Bali. Bahkan desa ini dikenal luas tak hanya oleh masyarakat Indonesia namun juga wisatawan mancanegara.
Tenganan merupakan salah satu desa yang berlokasi di Kecamatan Manggis, Karangasem Bali. Kawasan desa ini ditempuh sekitar 1.5 jam dari pusat kota Denpasar. Bila semeton berangkat dari Bandara Ngurah Rai waktu tempuh bisa mencapai 2 hingga 2.5 jam, tergantung seberapa padat lalu lintas di Bali. Apalagi saat weekend, wah lebih baik berangkat lebih awal.
Selain terkenal dengan Perang Pandan dan Kain Tenun Pegringsingan, arsitektur Bali Kuno dari desa yang satu ini begitu kental dan masih dijaga dengan sangat baik oleh masyarakat adat setempat. Terlepas dari segala kemajuan yang terus menggempur kawasan Bali.
Desa Tenganan – Desa Bali Aga
Bicara soal Bali Aga atau Bali Mula memang sangat unik. Tak banyak desa di Bali yang masih benar-benar mempertahankan budaya dan tradisi hingga gaya hidup layaknya suku adat yang benar-benar terisolasi dari dunia modern. Meskipun begitu, desa seperti Desa Sidetapa, Pedawa, Tigawasa, dan Les di Buleleng, serta Tenganan di Karangasem masih cukup mempertahankan segala tradisi ke-bali aga-an mereka.
Meskipun kita tau, Bali yang begitu terekspos pariwisata secara massif membuat desa-desa ini jadi objek yang diminati turis mancanegara yang ingin tau banyak tentang Bali dengan budaya dan tradisinya.
Kain Tenun Pegringsingan Khas Desa Tenganan
Terkenal dengan pengrajin kain tradisional yang unik, Indonesia memang memiliki begitu banyak jenis kain tradisional. Dimana semuanya tersebar dari Sabang sampai Merauke. Nah salah satu yang terkenal adalah kain tenun pegringsingan khas Desa Tenganan Karangasem ini.
Metode pembuatannya yang unik dan langka membuat kain tenun ini begitu dihargai. Tak hanya urusan harga namun juga perawatan dan menjaga kelestarian dari pengrajin itu sendiri. Kain ini tak dibuat layaknya pabrik kain batik di Pulau Jawa atau mungkin Surakarta dan Solo yang sangat terkenal.
Pengrajin kain ini berbasis rumahan, tak ada target untuk dijual melainkan semacam tradisi untuk dijadikan warisan yang turun temurun diajarkan ke generasi masyarakat mereka.
Adat & Tradisi : Perang Pandan dan Ayunan Tradisional Nan Sakral
Bila kalian pernah melihat foto manusia bertarung dengan senjata daun pandan berduri di beranda Instagram atau social media kalian. Itu artinya kalian sedang melihat tradisi unik dari Desa Tenganan Pegringsingan.
Tradisi yang digelar setiap sasih ke-5 penanggalan Bali ini begitu menarik minat wisawatan lokal dan mancanegara untuk datang dan menyaksikan pertunjukan ini. Pertarungan laki-laki baik muda hingga tua dengan bertelanjang dada dan saling geret daun pandan berduri ini sangat unik.
Meski bertarung dengan sengit hingga berdarah-darah dan penuh emosi. Seketika mereka berdamai ketika selesai dan saling mengobati dengan ramuan bahan-bahan alami yang sudah disiapkan oleh para pemangku adat setempat.
Tak hanya itu, rangkaian upacara ini juga diramaikan dengan tradisi naik ayunan kuno yang menggunakan kayu dan digerakan secara manual oleh remaja putra. Mereka yang naik ayunan ini adalah remaja putri. Ayunan ini dikenal dengan sebutan ayunan jantra yang mana memiliki nilai dan pesan moral bahwa suatu hari ketika mengarungi kehidupan pasti akan merasakan bagaimana rasanya ada di bawah dan diatas. Lewat permainan ayunan jantra inilah remaja putri tersebut diingatkan. Estetika lanskap Desa Tenganan Pegringisingan begitu terlihat indah dengan lengkapnya tradisi unik nan sakral ini dilaksanakan.
Bangunan dan Arsitektur Bali Kuno
Tak sampai disana, selain terkenal dengan perang pandan dan tradisi ayunan kunonya. Salah satu faktor pendukung utama dan ciri unik dan otentik Bali Aga terlihat dari arsitektur bangunan adat dan rumah warga.
Batu bata merah yang telanjang, hingga kayu-kayu kelas 1 yang dipahat sederhana namun punya kesan artistik ini membuat Desa Tenganan Pegringsingan begitu unik. Penataan rumah-rumah warganya juga tak asal. Ada kaidah umum dan mendasar layaknya lingkungan masyarakat adat Bali pada umumnya. Hanya saja desa ini terasa special dengan gaya Bali Kuno yang masih tetap dipertahankan hingga detik ini.
Tempat Favorit Prewedding di Bali
Memiliki tradisi adat dan budaya yang sangat kental membuat des aini tak lepas dari kunjungan wisatawan lokal maupun asing tiap harinya. Tak sampai disitu, bonus arsitektur bangunan kuno yang unik dan otentik ini membuat Desa Tenganan Pegringsingan menjadi salah satu destinasi favorit bagi pasangan yang akan menikah. Dimana des aini sangat sering digunakan sebagai latar fotoshot pre-wedding tak hanya bagi masyarakat Bali sendiri namun juga wisatawan. Wah keren juga ya ton.
Gimana kalian udah pernah kesini belum? Waktu yang tepat sih pas ada tradisi perang pandan dan melihat ayunan sakral itu. Tapi kalau cuti atau libur kalian terbatas, datang dan berkunjung di hari-hari biasa pun tak jadi masalah. Kalian tetap bisa merasakan begitu kentalnya kesan Bali Aga di Desa Tenganan Pegringsingan ini.
BACA JUGA: Desa Taro – Ubud Gianyar: Menjajaki Pesona Otentik Salah Satu Desa Tua di Bali
Lokasi Desa Tenganan Pegringsingan
Berikut ini lokasi desa “Bali Aga” ini pada Google Map
Nah sekian dulu nih ton ulasan seputar desa unik yang satu ini. Nah buat kalian yang penasaran dengan desa apa yang bakal kita bahas lagi, jangan lewatkan informasi menarik seputar budaya, hiburan, dan liburan di Bali lainnya hanya di www.jalanmelali.com